Kamis, 14 Mei 2009

KOALISI (3)

Ha..ha..ha.... tulisan ini saya awali dengan tertawa-tawa, bagaimana tidak, melihat tingkah polah para politikus kita menjelang PILPRES sungguh membuat saya terpingkal-pingkal, yang menjadi perhatian saya adalah koalisi cikeas, yang terdiri dari partai Demokrat, PKS, PAN, PPP,dan PKB. Sungguh suatu koalisi yang dibangun dengan harapan besar tetapi ternyata penuh dengan intrik diantara anggota koalisinya. Bisa dipahamai betapa sakit hatinya 4 partai pendukung koalisi ketika SBY mengisyaratkan Budiono sebagai cawapres dari koalisi itu, padahal diawal koalisi SBY sepertinya memberikan angin segar bahwa cawapres akan diambil dari salah satu partai politik pendukung koalisi, apalagi pencawapresan Budiono itu dilaunching Partai Demokrat disaat-saat akhir pendaftaran Capres-Cawapres. Dengan alasan pelan-pelan asal klakon, SBY sepertinya memang sengaja mengulur-ngulur deklarasi tersebut dengan harapan tidak ada gejolak diantara partai koalisi , dan partai pendukung koalisi sudah tak punya waktu untuk memikirkan koalisi alternatif dan kehabisan waktu, sungguh strategi jitu tapi menyakitkan, tak tulus. Wacana merapatnya PDIP ke Demokrat juga memperlihatkan betapa tidak PD-nya Demokrat dengan koalisi 4 partai pendukungnya, sekalian memecah konsentrasi koalisi Mega-Prabowo yang mulai solid, rupanya kengototan Mega dan Prabowo yang tetap sama-sama ingin jadi Capres dibaca oleh Demokrat sebagi peluang untuk merangkul PDIP sekaligus menggagalkan koalisi PDIP-Gerindra, sekali tepuk 2 lalat mati. SBY sadar betul jika di parlemen tidak bisa menguasai 70% lebih kursi, maka pemerintahannya kelak jika terpilih akan mudah digoyang, apalagi pasangan JK-WIN merupakan kombinasi pasangan lumayan ideal untuk lawannya di PILPRES, coba kita lihat kombinasi JK-WIN, Islam-nasionalis, luar jawa-jawa, Sipil-Militer. Dengan kegamangan luar biasa yang terlihat dari maju mundurnya deklarasi capres-cawapres demokrat, sebenarnya Partai Demokrat telah menggembosi dirinya sendiri, bagaimana tidak jargon jargon, berpolitik secara santun dan elegan yang sering digambar gemborkan Demokrat telah dilanggarnya sendiri, mungkin ini karena suatu euforia tak terkontrol dari kemenagan suatu partai baru yang besar karena figur (SBY), bukan karena jaringan maupun kadernya yang mengakar. Yang cukup memprihatinkan adalah keterjebakan partai pendukung dalam koalisi cikeas yang betul-betul menyedihkan, bak buah simalakama, tetap berkoalisi serasa pahit, keluar membentuk koalisi baru, serasa hambar, semua kereta telah berlalu, kehilangan moment. Tetapi bak pertandingan sepak bola saat injury time merupakan waktu yang menentukan, siapa tahu disisa hari menjelang pendaftaran Capres-cawapres di KPU, akan ada lakon baru yang mengagetkan dan lebih seru, ibarat tumbangnya Chelsea di tangan Barcelona pada liga Champion. Semoga.....