Rabu, 27 Juli 2011

DOKTER


Kepercayaan dari masyarakat harus ditempuh dengan cara yang bermartabat tinggi! Dokter yang mendapat kepercayaan dari masyarakat adalah dokter yang jujur, sosial, sopan, teliti dan ahli dalam profesinya! Pada tangan dokter yang memiliki sifat-sifat itulah setiap orang sakit dan setiap obat adalah aman!
(Almarhum dr.Priguna Sidarta, SpS)

Minggu, 02 Agustus 2009

MERDEKA ATAOE MATI


Agustus telah datang, aura kemerdekaan sangat terasa memasuki bulan ini, terbayang begitu gigihnya para pejuang bangsa, merebut, mempertahankan kemerdekan 60-an tahun yang lalu, pantang mundur dengan semboyan MERDEKA ataoe Mati, harta bahkan jiwa raga mereka korbankan. Nah kita yang telah merasakan kebebasan bangsa dari penjajahan, mestinya dapat mengisinya dengan karya dan kerja besar, sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang disegani, mandiri dan sejahtera berkeadilan pada akhirnya. Mari kita tanamkan jiwa yang Merdeka, mandiri, tidak tergantung bangsa lain, mulai dari pribadi, dari hal yang kecil, dari lingkungan keluarga dan kerja kita, Lebih disiplin dalam bekerja, membuang budaya jam karet, membudidayakan hidup bersih, tidak membuang sampah sembarangan, biasa hidup damai dalam keberagaman, menjauhi narkoba-free sex dan TIDAK KORUPSI !!!. Semoga bangsa ini semakin jaya dan kuat….!!

Ayoooo, KITA BISA !!!!

MERDEKA BUNG..!!!!!

Senin, 20 Juli 2009

BALIKPAPAN

KEARIFAN DAN KEBODOHAN

Orang arif senantiasa membawa pena
yang menggoreskan tinta hikmah.
Orang bodoh senantiasa membawa
pedang untuk menumpahkan darah.

Siapa orang itu ?
Seseorang yang berwawasan luas dan berpengetahuan mendalam. Dengan keluasan berpikir dan kedalam ilmu, ia memiliki rasa berbeda dengan orang kebanyakan tentang hidup dan kehidupan, baik soal ketuhanan maupun alam semesta. Rasa berbeda itulah yang membuat orang arif senantiasa memiliki empati sangat tinggi mengenai sesuatu. Ia mampu memadukan kelurusan lisan, keteguhan hati., dan kecerdasan akal. Sehingga, ia sering kali merasakan "derita" lebih dulu bahkan sebelum orang yang menderita merasakannya.

Karena karakternya begitu lembut, ia selalu berusaha menjaga keseimbangan hidup. Kemana pun ia pergi, ia selalu menjaga keseimbangan itu. Ia menebarkan kata-kata yang menghidupkan semangat orang-orang lemah, meneguhkan hati yang bimbang, dan mencairkan kebekuan hati yang kaku dan kasar. Samudra hikmahnya meluber ke segala pencuru, menetes di hati manusia, dan menumbuhkan benih-benih kebahagian dan kedamaian.

Disisi lain, kita juga melihat orang yang keberadaannya justru kerap menjadi pemicu perselisihan. Mereka hidup dengan keyakinan dan pandangannya sendiri. Sebagian kalangan awam dan sebagian orang terpelajar. Mereka sangat bangga dengan ketekunan ibadah, merasa paling benar dalam memahami syariat. Mereka hidup dengan membangun komunitas khusus yang mereka jadikan alat proteksi dari pengaruh luar. Tetapi, mereka lupa bahwa mereka hidup dalam keragaman yang tidak bisa dibantah. Kemanapun mereka pergi, nasihat mereka berlumur kedengkian, menyerang pandangan orang lain, dan mempersiapkan ilmu semata untuk melemahkan argumen saudara mereka sendiri. Orang-orang seperti ini "mengobral" fatwa. Dari diri mereka lahir kalimat-kalimat yang "mencekam". Di setiap tempat yang mereka singgahi tumbuh benih-benih permusuhan. Dari orang-orang bodoh inilah pertumpahan darah bermula, sejak zaman para nabi dan rasul masih hidup hingga kembalinya Isa al-Masih kelak.

"Orang arif" atau "orang bodoh" bisa muncul dari kalangan awam sekaligus kalangan terpelajar (ulama, kiai, ustadz, guru, dosen, doktor ataupun profesor). Yang membedakan hanyalah kemampuan mereka mengendalikan diri (hawa nafsu).

Karena itu, jangan mengukur kearifan seseorang dari status atau gelarnya. Wallahu a'lam.

( Matahatiku Matahariku, Imam Sibawaih El-Hasany, Zaman, 135-137)

Kamis, 14 Mei 2009

KOALISI (3)

Ha..ha..ha.... tulisan ini saya awali dengan tertawa-tawa, bagaimana tidak, melihat tingkah polah para politikus kita menjelang PILPRES sungguh membuat saya terpingkal-pingkal, yang menjadi perhatian saya adalah koalisi cikeas, yang terdiri dari partai Demokrat, PKS, PAN, PPP,dan PKB. Sungguh suatu koalisi yang dibangun dengan harapan besar tetapi ternyata penuh dengan intrik diantara anggota koalisinya. Bisa dipahamai betapa sakit hatinya 4 partai pendukung koalisi ketika SBY mengisyaratkan Budiono sebagai cawapres dari koalisi itu, padahal diawal koalisi SBY sepertinya memberikan angin segar bahwa cawapres akan diambil dari salah satu partai politik pendukung koalisi, apalagi pencawapresan Budiono itu dilaunching Partai Demokrat disaat-saat akhir pendaftaran Capres-Cawapres. Dengan alasan pelan-pelan asal klakon, SBY sepertinya memang sengaja mengulur-ngulur deklarasi tersebut dengan harapan tidak ada gejolak diantara partai koalisi , dan partai pendukung koalisi sudah tak punya waktu untuk memikirkan koalisi alternatif dan kehabisan waktu, sungguh strategi jitu tapi menyakitkan, tak tulus. Wacana merapatnya PDIP ke Demokrat juga memperlihatkan betapa tidak PD-nya Demokrat dengan koalisi 4 partai pendukungnya, sekalian memecah konsentrasi koalisi Mega-Prabowo yang mulai solid, rupanya kengototan Mega dan Prabowo yang tetap sama-sama ingin jadi Capres dibaca oleh Demokrat sebagi peluang untuk merangkul PDIP sekaligus menggagalkan koalisi PDIP-Gerindra, sekali tepuk 2 lalat mati. SBY sadar betul jika di parlemen tidak bisa menguasai 70% lebih kursi, maka pemerintahannya kelak jika terpilih akan mudah digoyang, apalagi pasangan JK-WIN merupakan kombinasi pasangan lumayan ideal untuk lawannya di PILPRES, coba kita lihat kombinasi JK-WIN, Islam-nasionalis, luar jawa-jawa, Sipil-Militer. Dengan kegamangan luar biasa yang terlihat dari maju mundurnya deklarasi capres-cawapres demokrat, sebenarnya Partai Demokrat telah menggembosi dirinya sendiri, bagaimana tidak jargon jargon, berpolitik secara santun dan elegan yang sering digambar gemborkan Demokrat telah dilanggarnya sendiri, mungkin ini karena suatu euforia tak terkontrol dari kemenagan suatu partai baru yang besar karena figur (SBY), bukan karena jaringan maupun kadernya yang mengakar. Yang cukup memprihatinkan adalah keterjebakan partai pendukung dalam koalisi cikeas yang betul-betul menyedihkan, bak buah simalakama, tetap berkoalisi serasa pahit, keluar membentuk koalisi baru, serasa hambar, semua kereta telah berlalu, kehilangan moment. Tetapi bak pertandingan sepak bola saat injury time merupakan waktu yang menentukan, siapa tahu disisa hari menjelang pendaftaran Capres-cawapres di KPU, akan ada lakon baru yang mengagetkan dan lebih seru, ibarat tumbangnya Chelsea di tangan Barcelona pada liga Champion. Semoga.....

Selasa, 12 Mei 2009

KOALISI (2)


Tulisan saya terdahulu sungguh meleset dari apa yang saya perkirakan, ya itulah politik, apa yang tampak dipermukaan bukanlah apa yang sebenarnya terjadi, istilah perdalangan, dalang nggak akan kehabisan lakon, apalagi yang menulis hanyalah seorang anak bangsa yang berusaha membaca peta perpolitikan dewasa ini yang semakin canggih. Setekah lama ditunggu-tunggu akhirnya SBY mengisyaratkan bahwa calon wapres dari kubu Partai Demokrat adalah Prof. DR. Budiono, Guberbur bank sentral. Sebagian masyarakat non partisan mengapresiasinya dengan baik, tetapi bagi partai politik pendukung koalisi Demokrat (PKS,PAN,PPP,PKB) bagai kebakaran jenggot, bagaimana tidak pernyataan SBY ini sungguh menohok mereka, sebagai partai politik pendukung koalisi mereka merasa tidak dianggap, apalagi Budiono bukanlah orang partai dari partai pendukung koalisi. Maka merekapun mengeluarkan statement bersama atau boleh dikatakan ancaman, jika SBY tetap memilih Budiono sebagai calon Wapresnya maka mereka akan meninggalkan koalisi dan membentuk koalisi baru plus partai Gerindra untuk mengajukan Capres-cawapres sendiri. Tentunya hal ini menarik untuk dicermati, paling tidak harapan untuk munculnya calon alternatif selain SBY, JK sangat mungkin terjadi. Menilik beberapa bulan yang lalu, Amien Rais pernah menawarkan suatu wacana capres Alternatif selain, SBY,Jk ataupun Megawati. Reaksi tentang pencawapresan Budiono ini beragam, tetapi tentunya yang menarik perhatian saya ialah pernyataan wakil ketua partai Golkar Agung Laksono, yang mengapresiasi rencana ini, seolah-olah terus mendorong wacana pencawapresan Budiono ditengah-tengah ancaman bubarnya koalisi demokrat. Sudah dapat ditebak betapa gembiranya kubu JK-WIN jika Pencawapresan Budiono ini benar terjadi. Paling tidak kekuatan koalisi tersebut akan berkurang cukup signifikan. Apalagi diperkirakan mesin politik keempat partai yang akan hengkang dengan sendirinya akan bekerja menggembosi pencapresan SBY-Budiono. Tetapi menariknya lagi wacana merapatnya PDIP ke Demokrat membuat Panggung Demokrasi kita semakin enak untuk ditonton. Benar pameo yang mengatakan , dalam dunia politik tak ada teman yang abadi, hanya kepentingan bersama saja yang dapat menyatukannya. (bersambung)

Rabu, 06 Mei 2009

KONSPIRASI ASMARA "PHYTAGORAS"

Adalah suatu kisah di negeri awang-awang. Saat ini suasana bernegara dan perpolitikan di negeri tersebut lagi ramai dan hangat dengan adanya PEMILU legislatif dan Pemilihan Presiden. Terbetiklah suatu berita seorang petinggi Partai Presiden yang berkuasa diduga terlibat kasus Korupsi. KPKKN (Komisi Pemberantasan KKN), suatu Komisi yang mempunyai power cukup kuat untuk menggebuk korupsi dinegeri awang-awang, yang diketuai Asmara Ashari telah menangkap anggota Parlemen Hadi Jambul yang terlibat korupsi proyek pelabuhan laut. Dalam kesaksiannya Hadi Jambul "bernyanyi" : bahwa Joni tralala Mebel, anggota Parlemen Partai sang Presiden ikut menikmati duit korupsi sebesar 2 Milyar Ripis. Dan telah dipanggil untuk segera diperiksa di KPKKN. Tetapi hingga saat ini, pemanggilan itu belum terlaksana karena si Joni berdalih sibuk membantu Sang Presiden yang sedang berkampanye PILEG dan PILPRES . Mendengar rencana itu si Joni marah besar terutama dengan ketua KPKKN, "sial si Asmara Ashari itu...belum tahu siapa saya..., mantan preman dari Medaeng..! (suatu daerah dengan budaya keras di negeri awang-awang) " sungutnya..........dalam hati timbul niat untuk segera melenyapkan sang ketua, bagaimana yah caranya...? si Johni mulai berkerut dahi, berpikir keras, menata suatu skenario jahat di kepalanya.. (bersambung)